Site icon Indonesia Adil Makmur

Manfaat Strategis Indonesia Sebagai Anggota Penuh BRICS

Menteri Luar Negeri Sugiono, yang mengenakan peci, berfoto bersama para pemimpin dunia dalam KTT BRICS Plus di Kazan pada 24 Oktober 2024. (Foto milik @sugiono_56 di Instagram)

Menteri Luar Negeri Sugiono, yang mengenakan peci, berfoto bersama para pemimpin dunia dalam KTT BRICS Plus di Kazan pada 24 Oktober 2024. (Foto milik @sugiono_56 di Instagram)

Bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS pada 6 Januari 2025 menandai langkah signifikan dalam politik luar negeri Indonesia. Keputusan ini diambil setelah pertimbangan matang oleh pemerintah, dengan harapan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam kancah global dan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya.

Sebelum kita menelusuri lebih jauh, mari kita pahami dulu apa sih BRICS itu? Dari berbagai sumber, penulis kemudian menghimpun bahwa BRICS adalah kelompok ekonomi yang didirikan pada tahun 2009, terdiri dari lima negara berkembang dengan pengaruh besar di dunia, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.

Organisasi ini dibentuk untuk mempromosikan kerja sama ekonomi, politik, dan pembangunan antar anggotanya, BRICS juga bertujuan menciptakan tata dunia yang lebih adil, mengurangi dominasi negara-negara Barat. Organisasi ini mewakili 40% populasi dunia dan menyumbang sekitar 25% dari PDB global, menjadikannya salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Penulis telah merangkum beberapa manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari berbagai sumber, yakni diantaranya:

  1. Peningkatan Kerja Sama Ekonomi

Keanggotaan dalam BRICS membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas jaringan perdagangan dan investasi dengan negara-negara anggota lainnya, seperti Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Hal ini sejalan dengan upaya diversifikasi mitra dagang dan sumber investasi.

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS membuka peluang besar untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, terutama dalam perdagangan. Dengan pasar yang mencakup 40% populasi dunia, Indonesia dapat memperluas ekspor produk unggulan seperti kelapa sawit, tekstil, dan hasil laut ke negara-negara anggota, mengurangi ketergantungan pada mitra dagang tradisional di Barat.

Selain perdagangan, investasi asing langsung dari negara-negara BRICS dapat mendukung sektor strategis Indonesia. Proyek infrastruktur seperti pelabuhan, energi terbarukan, dan teknologi digital bisa mendapatkan pendanaan dari mitra seperti Cina, India, dan Brasil, mempercepat pertumbuhan ekonomi domestik.

Namun, Indonesia perlu berhati-hati terhadap risiko ketergantungan. Dominasi Tiongkok dalam perdagangan, misalnya, dapat mengancam daya saing lokal jika tidak diimbangi dengan kebijakan proteksi yang tepat. Diversifikasi mitra ekonomi dalam BRICS harus tetap diperhatikan untuk menjaga keseimbangan.

Keberhasilan kerja sama ekonomi ini juga bergantung pada transfer teknologi dan pembangunan kapasitas lokal. Pemerintah harus memastikan bahwa investasi dari BRICS tidak hanya berorientasi pada eksploitasi sumber daya, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

  1. Akses ke Pendanaan Pembangunan

Melalui New Development Bank (NDB) yang didirikan oleh BRICS, Indonesia dapat mengakses sumber pendanaan alternatif untuk proyek infrastruktur dan pembangunan lainnya. Bank ini dirancang untuk mendukung proyek infrastruktur dan pembangunan negara anggota, sehingga Indonesia dapat memanfaatkan dana ini untuk proyek strategis seperti pembangunan jalan tol, transportasi publik, dan pembangkit listrik.

Pendanaan dari NDB dapat menjadi alternatif yang lebih fleksibel dibandingkan lembaga tradisional seperti IMF atau Bank Dunia. Dengan biaya pinjaman yang kompetitif dan syarat yang lebih longgar, Indonesia dapat lebih leluasa membiayai proyek besar tanpa harus bergantung pada utang dari negara-negara Barat.

Namun, pemanfaatan pendanaan ini harus direncanakan secara matang agar tepat sasaran. Pemerintah perlu memastikan proyek yang dibiayai benar-benar berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, menghindari proyek yang hanya menguntungkan pihak asing atau memiliki dampak lingkungan negatif.

Selain itu, pendanaan ini juga harus diarahkan untuk mendukung transisi energi di Indonesia. Proyek energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya atau angin dapat menjadi prioritas, sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap pengurangan emisi karbon dan pembangunan berkelanjutan.

  1. Penguatan Posisi Geopolitik

Dengan menjadi anggota BRICS, Indonesia dapat memainkan peran lebih aktif dalam membentuk tatanan global yang lebih adil dan seimbang, serta memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang di forum internasional.

Hal ini juga dapat memberikan Indonesia kemampuan untuk meningkatkan pengaruhnya dalam membentuk kebijakan global bersama negara-negara besar seperti Cina dan India. Ini memperkuat perannya sebagai pemimpin kawasan Asia Tenggara sekaligus menjadi jembatan diplomatik antara BRICS dan ASEAN.

Namun, penguatan posisi geopolitik ini harus diimbangi dengan menjaga prinsip politik luar negeri bebas aktif. Indonesia perlu memastikan tidak terjebak dalam rivalitas antara BRICS dan negara-negara Barat, melainkan tetap fokus pada kepentingan nasional dan stabilitas regional.

Keanggotaan ini juga membuka peluang untuk memperdalam kerja sama strategis dalam teknologi, pertahanan, dan ekonomi. Dengan strategi diplomasi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan BRICS untuk mendukung stabilitas dan pembangunan, sekaligus memperkokoh perannya sebagai pemain kunci di kancah internasional.

  1. Tantangan yang Perlu Diperhatikan

Bergabung dengan BRICS membawa tantangan yang perlu diperhatikan oleh Indonesia, terutama dalam menjaga keseimbangan hubungan dengan negara-negara Barat. Mengingat beberapa anggota BRICS, seperti Rusia dan Cina, memiliki hubungan yang kompleks dengan Barat, Indonesia harus memastikan bahwa keanggotaan ini tidak merusak kerja sama strategisnya dengan mitra tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Tantangan berikutnya adalah menjaga konsistensi prinsip politik luar negeri bebas aktif. Sebagai anggota BRICS, Indonesia harus tetap fleksibel dalam mengambil keputusan, menghindari keterlibatan dalam konflik geopolitik yang bisa merugikan stabilitas domestik maupun regional, dan tetap fokus pada kepentingan nasional.

Indonesia juga menghadapi risiko ketidakseimbangan dalam kerja sama ekonomi. Dominasi negara besar seperti Cina dapat menimbulkan ketergantungan jika Indonesia tidak cermat mengelola perdagangan dan investasi. Pemerintah perlu mendorong diversifikasi mitra ekonomi agar manfaat keanggotaan BRICS tidak hanya menguntungkan satu pihak.

Selain itu, adaptasi terhadap standar dan mekanisme BRICS juga menjadi tantangan. Indonesia harus siap menyesuaikan kebijakan di berbagai sektor untuk memenuhi tujuan BRICS tanpa mengorbankan prioritas domestik. Dengan strategi yang matang, tantangan ini bisa diatasi untuk memastikan keanggotaan membawa manfaat nyata.

sumber:
https://www.reuters.com/world/indonesia-join-brics-bloc-full-member-brazil-says-2025-01-06/

https://apnews.com/article/brazil-brics-indonesia-membership-c05b0c8e2ae493f9046479e62a45d8fa

https://www.reuters.com/markets/commodities/brics-nations-lift-power-emissions-new-highs-over-rest-world-2024-06-12/

Exit mobile version